Bipolar Disorder Dan Autime
PENJELASAN BIPOLAR DISORDER DAN AUTISME
BIPOLAR DISORDER
Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang menyerang kondisi psikis seseorang yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat ekstrim berupa mania dan depresi, karena itu istilah medis
sebelumnya disebut dengan manic
depressive. Suasana hati penderitanya dapat berganti secara tiba-tiba
antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan
kesedihan (depresi) yang berlebihan tanpa pola atau waktu yang pasti.
Setiap orang pada umumnya pernah mengalami suasana hati yang baik (mood
high) dan suasana hati yang buruk (mood low). Akan tetapi, seseorang
yang menderita gangguan bipolar memiliki ayunan perasaan (mood swings)
yang ekstrim dengan pola perasaan yang mudah berubah secara drastis. Suatu
ketika, seorang pengidap gangguan bipolar bisa merasa sangat antusias dan bersemangat
(mania). Saat suasana hatinya berubah buruk, ia bisa sangat depresi, pesimis,
putus asa, bahkan sampai mempunyai keinginan
untuk bunuh diri. Suasana hati
meningkat secara klinis disebut sebagai mania, atau di saat ringan disebut
hipomania. Individu yang mengalami episode mania juga sering mengalami episode
depresi, atau episode campuran di saat kedua fitur mania dan depresi hadir pada
waktu yang sama. Episode ini biasanya dipisahkan oleh periode suasana hati
normal, tetapi dalam beberapa depresi individu dan mania mungkin berganti
dengan sangat cepat yang dikenal sebagai rapid-cycle.
Episode manik ekstrim kadang-kadang dapat menyebabkan gejala psikosis seperti delusi dan halusinasi. Episode manik
biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara dua minggu sampai lima
bulan. Sedangkan depresi cenderung berlangsung lebih lama. Episode hipomanik
mempunyai derajat yang lebih ringan daripada manik. Gangguan bipolar dibagi
menjadi bipolar I, bipolar II, cyclothymia, dan jenis lainnya berdasarkan sifat
dan pengalaman tingkat keparahan episode suasana hati; kisaran sering
digambarkan sebagai spektrum bipolar.
Insiden gangguan bipolar berkisar antara 0,3% - 1,5% yang persentasenya
tergolong rendah jika dibandingkan dengan persentase insiden yang dikategorikan skizofrenia. Gangguan bipolar
saat ini sudah menjangkiti sekitar 10 hingga 12 persen remaja di luar negeri.
Di beberapa kota di Indonesia juga mulai dilaporkan penderita berusia remaja. Risiko kematian
terus membayangi penderita gangguan bipolar, dan itu lebih karena mereka mengambil
jalan pintas.
Episode pertama bisa timbul mulai dari masa kanak-kanak sampai tua.
Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun. Semakin dini
seseorang menderita gangguan bipolar, risiko penyakit akan lebih berat,
berkepanjangan, bahkan sering kambuh. Sementara anak-anak berpotensi mengalami
perkembangan gangguan ini ke dalam bentuk yang lebih parah dan sering bersamaan
dengan gangguan hiperaktif defisit atensi. Orang yang berisiko mengalami
gangguan bipolar adalah mereka yang mempunyai anggota keluarga mengidap
gangguan bipolar.
Tanda dan Gejala
Gangguan bipolar dapat terlihat sangat berbeda pada
orang yang berbeda. Gejala bervariasi dalam pola mereka, keparahan, dan
frekuensi. Beberapa orang lebih rentan terhadap baik mania atau depresi,
sementara yang lain bergantian sama antara dua jenis episode. Gangguan suasana
hati sering terjadi pada seseorang, sementara yang lain hanya mengalami sedikit
selama seumur hidup.
Ada empat jenis episode suasana hati pada penderita
gangguan bipolar, yakni mania, hipomania, depresi, dan episode campuran. Setiap
jenis episode suasana hati gangguan bipolar memiliki gejala yang unik.
Tanda
dan gejala mania
Gejala-gejala dari tahap mania gangguan bipolar adalah sebagai berikut:
·
Gembira berlebihan.
·
Mudah tersinggung sehingga mudah marah.
·
Merasa dirinya sangat penting.
·
Merasa kaya atau memiliki kemampuan lebih dibanding orang lain.
·
Penuh ide dan semangat baru.
·
Cepat berpindah dari satu ide ke ide lainnya.
·
Mendengar suara yang orang lain tak dapat mendengarnya.
·
Nafsu seksual meningkat.
·
Menyusun rencana yang tidak masuk akal.
·
Sangat aktif dan bergerak sangat cepat.
·
Berbicara sangat cepat sehingga sukar dimengerti apa yang dibicarakan.
·
Membuat keputusan aneh dan tiba-tiba, namun cenderung membahayakan.
·
Merasa sangat mengenal orang lain.
·
Mudah melempar kritik terhadap orang lain.
·
Sukar menahan diri dalam perilaku sehari-hari.
·
Sulit tidur.
·
Merasa sangat bersemangat, seakan-akan satu hari tidak cukup 24 jam.
Tanda dan gejala hipomania
Hipomania adalah bentuk kurang parah dari mania. Orang-orang dalam
keadaan hipomanik merasa gembira, energik, dan produktif, tetapi mereka mampu
meneruskan kehidupan sehari-hari dan tidak pernah kehilangan kontak dengan
realitas. Untuk yang lain, mungkin tampak seolah-olah orang dengan hipomania
hanyalah dalam suasana hati yang luar biasa baik. Namun, hipomania dapat
menghasilkan keputusan yang buruk yang membahayakan hubungan, karier, dan
reputasi. Selain itu, hipomania sering meningkat menjadi mania penuh dan
terkadang dapat diikuti oleh episode depresi berat.
Tahap hipomania mirip dengan mania, perbedaannya adalah penderita yang
berada pada tahap ini merasa lebih tenang seakan-akan telah kembali normal
serta tidak mengalami halusinasi dan delusi. Hipomania sulit untuk didiagnosis
karena terlihat seperti kebahagiaan biasa, tapi membawa risiko yang sama dengan
mania. Gejala-gejala dari tahap hipomania pada gangguan bipolar adalah sebagai berikut:
·
Bersemangat dan penuh energi dengan munculnya kreativitas.
·
Bersikap optimis, selalu tampak gembira, lebih aktif, dan cepat marah.
·
Penurunan kebutuhan untuk tidur.
Tanda
dan gejala depresi bipolar
Gejala-gejala dari tahap depresi gangguan bipolar adalah sebagai
berikut:
·
Suasana hati yang murung dan perasaan sedih yang berkepanjangan.
·
Sering menangis atau ingin menangis tanpa alasan yang jelas.
·
Kehilangan minat untuk melakukan sesuatu.
·
Tidak mampu merasakan kegembiraan.
·
Mudah letih, tak bergairah, tak bertenaga.
·
Sulit konsentrasi.
·
Merasa tak berguna dan putus asa.
·
Merasa bersalah dan berdosa.
·
Rendah diri dan kurang percaya diri.
·
Beranggapan masa depan suram dan pesimistis.
·
Berpikir untuk bunuh diri.
·
Hilang nafsu makan atau makan berlebihan.
·
Penurunan berat badan atau penambahan berat badan.
·
Sulit tidur, bangun tidur lebih awal, atau tidur berlebihan.
·
Mual sehingga sulit berbicara karena menahan rasa mual, mulut kering,
susah buang air besar, dan terkadang diare.
·
Kehilangan gairah seksual.
·
Menghindari komunikasi dengan orang lain.
Hampir semua penderita gangguan bipolar mempunyai pikiran tentang bunuh
diri. dan 30% di antaranya berusaha untuk merealisasikan niat tersebut dengan
berbagai cara.
Tanda
dan gejala episode campuran
Episode ini merupakan gangguan bipolar campuran dari kedua fitur gejala
mania atau hipomania dan depresi. Tanda-tanda umum episode campuran termasuk
depresi dikombinasikan dengan agitasi, iritabilitas, kegelisahan, insomnia, distractibility, dan layangan
pikiran (flight of idea). Kombinasi energi tinggi dan rendah membuat
suasana hati penderita berisiko tinggi untuk bunuh diri.
Dalam konteks gangguan bipolar, episode campuran (mixed state)
adalah suatu kondisi di saat tahap mania dan depresi terjadi bersamaan. Pada
saat tertentu, penderita mungkin bisa merasakan energi yang berlebihan, tidak
bisa tidur, muncul ide-ide yang berlalu-lalang di kepala, agresif, dan panik
(mania). Akan tetapi, beberapa jam kemudian, keadaan itu berubah menjadi
sebaliknya. Penderita merasa kelelahan, putus asa, dan berpikiran negatif
terhadap lingkungan sekitarnya. Hal itu terjadi bergantian dan berulang-ulang
dalam waktu yang relatif cepat. Alkohol, narkoba, dan obat-obat antipedresan
sering dikonsumsi oleh penderita saat berada pada epiode ini. Episode campuran
bisa menjadi episode yang paling membahayakan penderita gangguan bipolar. Pada
episode ini, penderita paling banyak memiliki keinginan untuk bunuh diri karena
kelelahan, putus asa, delusi, dan halusinasi.
Gejala-gejala yang diperlihatkan jika penderita akan melakukan bunuh diri antara lain sebagai berikut:
Gejala-gejala yang diperlihatkan jika penderita akan melakukan bunuh diri antara lain sebagai berikut:
·
Memiliki pandangan pribadi tentang kematian.
·
Terkadang lupa akan hutang atau tagihan seperti tagihan listrik dan
telepon.
Penderita yang mengalami gejala-gejala tersebut atau siapa saja yang
mengetahuinya sebaiknya segera menelepon dokter atau ahli jiwa, jangan
meninggalkan penderita sendirian dan jauhkan benda-benda atau peralatan yang
berisiko dapat membahayakan penderita atau orang-orang di sekelilingnya.
Faktor
penyebab
Genetika
Genetika bawaan adalah faktor umum penyebab gangguan bipolar. Seseorang yang
lahir dari orang tua yang salah satunya merupakan pengidap gangguan bipolar memiliki risiko
mengidap penyakit yang sama sebesar 15 % hingga 30%. Bila kedua
orangtuanya mengidap gangguan bipolar, maka berpeluang mengidap gangguan
bipolar sebesar 50% - 75%. Kembar identik dari seorang pengidap gangguan bipolar memiliki risiko tertinggi
kemungkinan berkembangnya penyakit ini daripada yang bukan kembar identik.
Penelitian mengenai pengaruh faktor genetis pada gangguan bipolar pernah
dilakukan dengan melibatkan keluarga dan anak kembar. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sekitar 10% - 15% keluarga dari pasien yang mengalami gangguan
bipolar pernah mengalami satu episode gangguan suasana hati.
Fisiologis
Salah satu faktor utama penyebab seseorang mengidap gangguan bipolar
adalah terganggunya keseimbangan cairan kimia utama di dalam otak. Sebagai organ yang berfungsi
menghantarkan rangsang, otak membutuhkan neurotransmitter (saraf pembawa pesan
atau isyarat dari otak ke bagian tubuh lainnya) dalam menjalankan tugasnya.
Norepinephrin, dopamin, dan serotonin adalah beberapa jenis neurotransmitter yang penting dalam penghantaran
impuls syaraf. Pada penderita gangguan bipolar, cairan-cairan kimia tersebut
berada dalam keadaan yang tidak seimbang.
Sebagai contoh, ketika seorang pengidap gangguan bipolar dengan kadar
dopamin yang tinggi dalam otaknya akan merasa sangat bersemangat, agresif dan
percaya diri. Keadaan inilah yang disebut fase mania. Sebaliknya dengan fase
depresi yang terjadi ketika kadar cairan kimia utama otak itu menurun di bawah
normal, sehingga penderita merasa tidak bersemangat, pesimis dan bahkan
keinginan untuk bunuh diri yang besar.
Seseorang yang menderita gangguan bipolar menandakan adanya gangguan
pada sistem motivasional yang disebut dengan behavioral
activation system (BAS). BAS
memfasilitasi kemampuan manusia untuk memperoleh penghargaan (pencapaian
tujuan) dari lingkungannya. Hal ini dikaitkan dengan positive emotional states,
karakteristik kepribadian seperti ekstrovert (bersifat terbuka), peningkatan
energi dan berkurangnya kebutuhan untuk tidur. Secara biologis, BAS diyakini
terkait dengan jalur saraf dalam otak yang melibatkan dopamin dan perilaku
untuk memperoleh penghargaan. Peristiwa kehidupan yang melibatkan penghargan
atau keinginan untuk mencapai tujuan diprediksi meningkatkan episode mania
tetapi tidak ada kaitannya dengan episode depresi. Sedangkan peristiwa positif
lainnya tidak terkait dengan perubahan pada episode mania.
Sistem neuroendokrin
Area limbik di otak berhubungan dengan emosi dan mempengaruhi
hipotalamus yang berfungsi mengontrol kelenjar endokrin dan tingkat hormon yang dihasilkan. Hormon yang dihasilkan hipotalamus juga mempengaruhi
kelenjar pituaritas. Kelenjar ini terkait dengan gangguan depresi seperti
gangguan tidur dan rangsangan selera. Berbagai temuan mendukung hal tersebut,
bahwa orang yang depresi memiliki tingkat dari cortisol (hormon adrenocortical)
yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh produksi yang berlebih dari pelepasan
hormon rotropin oleh hipotalamus. Produksi yang berlebih dari cortisol pada
orang yang depresi juga menyebabkan semakin banyaknya kelenjar adrenal. Banyaknya
cortisol tersebut juga berhubungan dengan kerusakan pada hipoccampus dan
penelitian juga telah membuktikan bahwa pada orang depresi menunjukkan
hipoccampal yang tidak normal. Penelitian mengenai Cushing’s Syndrome juga
dikaitkan dengan tingginya tingkat cortisol pada gangguan depresi.
Lingkungan
Gangguan bipolar tidak memiliki penyebab tunggal. Tampaknya orang-orang
tertentu secara genetis cenderung untuk mengidap gangguan bipolar, namun tidak
semua orang dengan kerentanan mewarisi penyakit berkembang yang menunjukkan
bahwa gen bukanlah satu-satunya penyebab. Beberapa studi pencitraan otak
menunjukkan perubahan fisik pada otak penderita gangguan bipolar. Dalam
penelitian lain disebutkan, gangguan ini juga disebabkan oleh poin
ketidakseimbangan neurotransmitter, fungsi tiroid yang abnormal, gangguan ritme
sirkadian dan tingkat tinggi hormon stres kortisol. Faktor eksternal lingkungan
dan psikologis juga diyakini terlibat dalam pengembangan gangguan bipolar. Faktor-faktor
eksternal yang disebut pemicu dapat memulai episode baru mania atau depresi dan
membuat gejala yang ada memburuk, namun banyak episode gangguan bipolar terjadi
tanpa pemicu yang jelas.
Penderita penyakit ini cenderung mengalami faktor pemicu munculnya
penyakit yang melibatkan hubungan antarperseorangan atau peristiwa-peristiwa
pencapaian tujuan (penghargaan) dalam hidup. Contoh dari hubungan perseorangan
antara lain jatuh cinta, putus cinta, dan kematian sahabat. Sedangkan peristiwa
pencapaian tujuan antara lain kegagalan untuk lulus sekolah dan dipecat dari
pekerjaan. Selain itu, seorang penderita gangguan bipolar yang gejalanya mulai
muncul saat masa ramaja kemungkinan besar mempunyai riwayat masa kecil yang
kurang menyenangkan seperti mengalami banyak kegelisahan atau depresi. Selain
penyebab di atas, alkohol, obat-obatan dan
penyakit lain yang diderita juga dapat memicu munculnya gangguan bipolar.
Di sisi lain, keadaan lingkungan di sekitarnya yang baik dapat mendukung
penderita gangguan ini sehingga bisa menjalani kehidupan dengan normal. Berikut
ini adalah faktor lingkungan yang dapat memicu terjadinya gangguan bipolar:
·
Stres merupakan peristiwa kehidupan yang dapat memicu gangguan bipolar pada
seseorang dengan kerentanan genetik. Peristiwa ini cenderung melibatkan
perubahan drastis atau tiba-tiba-baik atau buruk seperti akan menikah, akan
pergi ke perguruan tinggi, kehilangan orang yang dicintai, atau dipecat dalam
pekerjaan.
·
Penyalahgunaan zat tidak menyebabkan gangguan bipolar, itu dapat membawa
pada sebuah episode dan memperburuk perjalanan penyakit. Obat-obatan seperti kokain,ekstasi dan amphetamine dapat memicu mania, sedangkan alkohol dan obat penenang dapat memicu depresi.
·
Obat-obat tertentu, terutama obat-obatan antidepresan, bisa memicu
mania. Obat lain yang dapat menyebabkan mania termasuk obat flu, penekan nafsu
makan, kafein, kortikosteroid dan obat tiroid.
·
Perubahan musiman merupakan episode mania dan depresi sering mengikuti
pola musiman. Episode mania lebih sering terjadi selama musim panas, dan
episode depresif lebih sering terjadi selama musim dingin, musim gugur, serta
musim semi (untuk negara dengan 4 musim).
·
Kurang tidur atau melewatkan beberapa jam istirahat dapat memicu episode
mania.
Beberapa
jenis gangguan bipolar
Gangguan bipolar dapat terlihat dalam berbagai bentuk. Beberapa jenis
telah diidentifikasi; jenis-jenis tersebut terutama terkait dari pola
terjadinya gangguan bipolar:
·
Gangguan Bipolar II: Tidak ada kejadian
kegembiraan berlebihan, tetapi setidaknya ada satu kejadian Hypomania, dan setidaknya satu kejadian kesedihan berlebihan
(major depressive).[2]
·
Cyclothymia: Seperti halnya gangguan bipolar II, tetapi
depresinya tidak dapat dikategorikan sebagai kesedihan berlebihan.[3]
Tata Laksana Perawatan
Seperti kebanyakan penyakit mental lainnya, banyak cara untuk melakukan
tata laksana perawatan gangguan bipolar. Kadang-kadang pemberian obat-obatan
dan terapi/konsultasi dapat membuat hal ini lebih mudah dikontrol. Tetapi hal
ini belum tentu bisa dilakukan pada semua orang dan tidak jarang terjadi masa
kegembiraan berlebihan (manik), ketika mereka berhenti minum obat, karena
mereka merasa sudah dapat mengontrol dirinya sendiri. Hal ini dapat membuat
sulitnya hidup dengan gangguan bipolar, tetapi dengan adanya edukasi tentang
hal ini, maka gangguan bipolar sesungguhnya tidak benar-benar sulit.
Kadang-kadang, penderita gangguan bipolar perlu diberikan obat-obatan atas
kemauannya; tergantung dari tingkat beratnya, penderita mungkin berpikir
tentang bunuh diri, atau mungkin
mereka tidak dapat melihat keadaannya dengan tepat. Dalam banyak kasus,
menerangkan kasusnya pada penderita akan sangat membantu. Ketika mereka telah
melewati banyak tahap dari gangguan bipolar ini berulang kali, mereka
seringkali melihat tata laksana perawatan dapat membuat hidup mereka lebih
mudah.
Kopi, teh atau rokok di kehidupan sehari-hari adalah hal yang biasa, tetapi akan berpengaruh
besar pada penderita gangguan bipolar:
·
Kopi dan teh adalah stimulan; yang menyebabkan pengurangan waktu tidur,
dan hal ini bisa menimbulkan masalah.
·
Alkohol juga berperan dalam kenyenyakan dan lamanya tidur; hal ini data
menambah penyebab depresi. Terlebih pula hal ini menyebabkan kecanduan.
·
Ganja sebagai obat kadang-kadang diberikan; masalahnya hal ini menimbulkan paranoia, walaupun dapat menjadi
indikasi dari tahap kegembiraan (manik), tetapi kurang dapat mendeteksi
depresi.
Terapi
diri sendiri
Berikut ini cara-cara untuk membantu diri sendiri dalam penanganan
gangguan bipolar:
·
Dapatkan pengetahuan tentang cara mengatasi gangguan dan hal-hal yang
berkaitan dengan gangguan bipolar. Semakin banyak diketahui, semakin baik dalam
membantu pemulihan sendiri dari gangguan ini.
·
Jauhkan stres dengan menjaga situasi keseimbangan antara pekerjaan dan
hidup sehat, dan mencoba teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, shalat malam (tahajjud) atau pernapasan dalam.
·
Mencari dukungan dengan memiliki seseorang yang untuk diminta bantuan
dan dorongan. Cobalah bergabung dengan kelompok pendukung atau berbicara dengan
teman yang dipercaya.
·
Buatlah pilihan yang sehat. Pola tidur, makan, dan berolahraga dapat
membantu menstabilkan suasana hati. Menjaga jadwal tidur yang teratur sangatlah
penting.
·
Pemantauan suasana hati secara mandiri dengan melacak gejala dan
tanda-tanda ayunan suasana hati Anda berayun di luar kendali sehingga dapat
menghentikan masalah sebelum dimulai.
Bipolar
dan Jenius
Kay Redfield Jamison, seorang ilmuwan
dari Sekolah Kedokteran John Hopkins melakukan penelitian mengenai hal
ini. Kay ingin menyelidiki hubungan antara kejeniusan seseorang
dengan gangguan mental bipolar dan skizofrenia. Sebuah
studi di Swedia menyatakan bahwa remaja berusia 16
tahun yang memiliki IQ tinggi, biasanya menderita
gangguan bipolar dan skizofrenia. Selain itu, orang -
orang yang jenius lebih berpotensi untuk
menderita gangguan bipolar dan skizofrenia. Dan
biasanya akan berkembang 4 kali lebih pesat di usia remaja.
Seperti Van Gogh dan Jack Kerouac yang
diakui jenius namun memiliki gambaran diri yang
rusak.
Pertanyaan yang menarik dari para
ilmuwan mengenai masalah ini adalah : “Apakah ada
hubungan antara jenius dengan gangguan mental?” Karena
banyak dari orang yang jenius menderita penyakit gangguan mental. Selain kedua
tokoh jenius di atas, masih banyak tokoh – tokoh jenius lainnya yang memiliki
gangguan mental. Seperti salah seorang pemenang hadiah Nobel Matematika yang
bernama John Nash. Bahkan, kisah hidup John Nash pernah diangkat menjadi sebuah
film. Film tersebut berjudul A Beautiful Mind, dimana tokoh John Nash
diperankan oleh Russel Crowe. Film tersebut menceritakan kisah perjuangan John
Nash melawan penyakit skizofrenia nya seumur hidup.
Sebuah penelitian yang telah dilakukan akhirnya
dapat menjawab pertanyaan para ilmuwan tadi. Ternyata, ada sebuah gen tertentu
yang menghubungkan tingkat kejeniusan seseorang dengan gangguan mental yang
dialaminya. Gen tersebut dikenal dengan sebutan DARPP-32. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan, sebanyak 75 persen orang yang mewarisi gen
DARPP-32 ini memang memiliki kemampuan otak di atas rata – rata, namun juga gen
ini menyebabkan orang tersebut menderita bipolar atau skizofrenia. Semakin
tinggi tingkat kejeniusan seseorang, semakin parah pula gangguan mental yang
dideritanya.
Jadi, menjadi seorang jenius itu bisa menjadi
berkah atau malah sebaliknya
AUTISME
Autisme adalah kelainan perkembangan sistem saraf pada seseorang yang kebanyakan diakibatkan oleh faktor hereditas dan
kadang-kadang telah dapat dideteksi sejak bayi berusia 6 bulan. Deteksi dan
terapi sedini mungkin akan menjadikan si penderita lebih dapat menyesuaikan
dirinya dengan yang normal. Kadang-kadang terapi harus dilakukan seumur hidup,
walaupun demikian penderita Autisme yang cukup cerdas, setelah mendapat terapi
Autisme sedini mungkin, seringkali dapat mengikuti Sekolah Umum, menjadi
Sarjana dan dapat bekerja memenuhi standar yang dibutuhkan, tetapi pemahaman
dari rekan selama bersekolah dan rekan sekerja seringkali dibutuhkan, misalnya
tidak menyahut atau tidak memandang mata si pembicara, ketika diajak berbicara.
Karakteristik yang menonjol pada seseorang yang mengidap kelainan ini adalah
kesulitan membina hubungan sosial, berkomunikasisecara normal
maupun memahami emosi serta perasaan orang lain. Autisme
merupakan salah satu gangguan perkembangan yang merupakan bagian dari gangguan spektrum autisme atau Autism Spectrum Disorders (ASD) dan juga merupakan salah satu dari
lima jenis gangguan dibawah payung Gangguan
Perkembangan Pervasif atau Pervasive Development Disorder (PDD). Autisme bukanlah penyakit kejiwaan karena ia merupakan suatu gangguan yang terjadi pada otak sehingga menyebabkan otak tersebut tidak dapat berfungsi selayaknya otak
normal dan hal ini termanifestasi pada perilaku penyandang autisme. Autisme adalah yang terberat di antara
PDD.
Gejala dan Diagnosis Autisme
Secara umum, gejala autisme terdeteksi pada usia awal perkembangan anak sebelum
mencapai tiga tahun. Gejala dan tingkat keparahan autisme juga cenderung
bervariasi pada tiap penyandang. Tetapi, gejala-gejala tersebut dapat
dikelompokkan dalam dua kategori utama.
Kategori pertama adalah gangguan interaksi sosial dan komunikasi. Gejala
ini dapat meliputi masalah kepekaan terhadap lingkungan sosial dan gangguan
penggunaan bahasa verbal maupun non verbal.
Sementara kategori kedua meliputi pola pikir, minat, dan perilaku yang
terbatas serta bersifat pengulangan. Contoh gerakan repetitif, misalnya
mengetuk-ngetuk atau meremas tangan, serta merasa kesal saat rutinitas tersebut
terganggu.
Penyandang autisme juga cenderung memiliki masalah dalam belajar dan
kondisi kejiwaan lain, misalnya gangguan hiperaktif atau Attention Deficit Hyperactivity
Disorder(ADHD), gangguan kecemasan, atau depresi.
Penyebab Autisme
Terdapat sejumlah faktor, seperti pengaruh genetika dan lingkungan, yang
diperkirakan dapat menyebabkan kelainan ini. Namun, penyebab
autisme yang pasti belum diketahui hingga saat ini. Dalam
kasus-kasus tertentu, autisme juga mungkin dipicu oleh penyakit tertentu.
Di samping itu, ada beberapa hal lain yang juga dianggap sebagai pemicu
autisme. Namun, anggapan dan dugaan tersebut telah terbukti tidak berhubungan
dengan autisme berdasarkan berbagai penelitian medis. Sejumlah mitos tersebut
meliputi:
§
Senyawa thiomersal yang mengandung merkuri (digunakan
sebagai pengawet untuk beberapa vaksin).
§
Vaksin campak, gondong, dan rubela (MMR). Vaksin ini pernah dicurigai sebagai penyebab autisme sehingga banyak
orang tua yang enggan memberikannya pada anak mereka.
§ Pola makan, seperti
mengonsumsi gluten atau produk susu.
§ Pola asuh anak.
Penyandang Autisme Dewasa dan Permasalahannya
Kondisi autisme terkadang baru terdeteksi hingga pengidapnya dewasa. Proses diagnosis saat dewasa dapat membantu para pengidap serta keluarga untuk memahami autisme dan memutuskan jenis bantuan yang dibutuhkan.
Sebagian penyandang autisme dewasa merasa
kesulitan untuk mencari pekerjaan karena adanya tuntutan dan perubahan sosial
dalam pekerjaan. Pusat layanan khusus autisme bisa membantu mereka untuk
mencari pekerjaan yang cocok dengan kemampuan mereka.
Di Indonesia, khususnya Jakarta,
terdapat sejumlah organisasi yang menitikberatkan layanan khusus bagi
penyandang autisme. Beberapa di antaranya adalah:
§ Yayasan Autisma Indonesia (YAI)
§ Yayasan Masyarakat Peduli Autis Indonesia (MPATI).
§ Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC).
Beberapa cara
yang bisa mungkin membantu Austisme :
1.
Kenali Anak Anda; Awal
Menangani Anak Autis
Hanya sedikit anak-anak autis yang “buruk” dengan sengaja, banyak dari mereka yang memiliki perilaku yang sulit. Setiap anak berbeda, dan mengetahui anak Anda sendiri adalah kunci untuk mengambil tindakan. Apakah anak Anda ekstra-sensitif terhadap suara dan cahaya? Apakah dia perlu banyak “Input Sensorik” (input/masukan melalui pancaindra)? Apakah dia akan salah mengerti dengan pendekatan Anda? Semakin banyak Anda tahu, semakin mudah untuk menangani anak autis.
Hanya sedikit anak-anak autis yang “buruk” dengan sengaja, banyak dari mereka yang memiliki perilaku yang sulit. Setiap anak berbeda, dan mengetahui anak Anda sendiri adalah kunci untuk mengambil tindakan. Apakah anak Anda ekstra-sensitif terhadap suara dan cahaya? Apakah dia perlu banyak “Input Sensorik” (input/masukan melalui pancaindra)? Apakah dia akan salah mengerti dengan pendekatan Anda? Semakin banyak Anda tahu, semakin mudah untuk menangani anak autis.
2.
Ubah Keinginan Anda Terhadap
Anak Anda
Orang tua Anda mungkin mengajarkan Anda untuk duduk diam selama waktu makan. Akan tetapi itu bukan keinginan yang wajar bagi kebanyakan anak autis. Cobalah memulai dengan tujuan yang lebih kecil, seperti duduk diam selama tiga menit, makan dengan sendok, atau apa pun yang Anda pikir dia bisa menangani. Kemudian barulah membangun tujuan yang lebih besar, seperti duduk diam selama waktu makan.
Orang tua Anda mungkin mengajarkan Anda untuk duduk diam selama waktu makan. Akan tetapi itu bukan keinginan yang wajar bagi kebanyakan anak autis. Cobalah memulai dengan tujuan yang lebih kecil, seperti duduk diam selama tiga menit, makan dengan sendok, atau apa pun yang Anda pikir dia bisa menangani. Kemudian barulah membangun tujuan yang lebih besar, seperti duduk diam selama waktu makan.
3.
Ubah Lingkungan Tempatnya
Berada
Keamanan adalah kuncinya. Demi menangani anak autis, menciptakan lingkungan yang aman adalah sebuah tantangan. Karena begitu banyak perilaku anak Anda mungkin memiliki potensi yang membahayakan dirinya, sangatlah penting untuk mengambil tindakan pencegahan, seperti membaut rak pada dinding dan/atau lantai dengan kencang, atau memastikan lemari berdiri dengan aman. Atau bisa juga menutupi dengan benda lain yang bisa mencegahnya untuk memanjat.
Keamanan adalah kuncinya. Demi menangani anak autis, menciptakan lingkungan yang aman adalah sebuah tantangan. Karena begitu banyak perilaku anak Anda mungkin memiliki potensi yang membahayakan dirinya, sangatlah penting untuk mengambil tindakan pencegahan, seperti membaut rak pada dinding dan/atau lantai dengan kencang, atau memastikan lemari berdiri dengan aman. Atau bisa juga menutupi dengan benda lain yang bisa mencegahnya untuk memanjat.
4.
Pertimbangkan Kemungkinan
Sumber Perilaku
Banyak anak autis sangat menginginkan, atau sebaliknya “over-respond” terhadap Input Sensorik. Sebagian lagi berganti-ganti diantara keduanya. Sangat sering perilaku “buruk” anak autis sebenarnya adalah reaksi terhadap Input Sensorik berlebih, atau terlalu sedikit. Dengan hati-hati mengamati anak Anda, Anda mungkin dapat mengetahui penyebabnya.
Banyak anak autis sangat menginginkan, atau sebaliknya “over-respond” terhadap Input Sensorik. Sebagian lagi berganti-ganti diantara keduanya. Sangat sering perilaku “buruk” anak autis sebenarnya adalah reaksi terhadap Input Sensorik berlebih, atau terlalu sedikit. Dengan hati-hati mengamati anak Anda, Anda mungkin dapat mengetahui penyebabnya.
5.
Hilangkan Input Sensorik
Berlebih Untuk Menangani Anak Autis
Jika reaksi anak Anda berlebih terhadap Input Sensorik, ada banyak cara untuk mengubah situasi ini. Tentu saja, pilihan pertama adalah hanya menghindari penyebab Input sensorik berlebih seperti parade, taman hiburan dan sejenisnya. Ketika itu tidak bisa dilakukan, Anda bisa menggunakan sumbat telinga, mainan yang bisa mengalihkan, atau cara membujuk lainnya untukmenangani anak autis Anda sementara waktu.
Jika reaksi anak Anda berlebih terhadap Input Sensorik, ada banyak cara untuk mengubah situasi ini. Tentu saja, pilihan pertama adalah hanya menghindari penyebab Input sensorik berlebih seperti parade, taman hiburan dan sejenisnya. Ketika itu tidak bisa dilakukan, Anda bisa menggunakan sumbat telinga, mainan yang bisa mengalihkan, atau cara membujuk lainnya untukmenangani anak autis Anda sementara waktu.
6.
Menyediakan Input Sensorik
Untuk Menangani Anak Autis
Jika anak Anda menabrakkan diri di sofa, memanjat dinding atau berputar-putar, kemungkinan dia sedang membutuhkan “Input Sensorik”. Anda dapat menyediakan Input Sensorik dalam beberapa cara yang tepat. Beberapa orang menyarankan menangani anak autis dengan pelukan hangat, lainnya menyarankan menghimpitnya menggunakan bantal sofa dengan hati-hati, menggulung mereka seperti “hot dog” dalam selimut, atau memberi mereka rompi atau selimut yang diberi pemberat.
Jika anak Anda menabrakkan diri di sofa, memanjat dinding atau berputar-putar, kemungkinan dia sedang membutuhkan “Input Sensorik”. Anda dapat menyediakan Input Sensorik dalam beberapa cara yang tepat. Beberapa orang menyarankan menangani anak autis dengan pelukan hangat, lainnya menyarankan menghimpitnya menggunakan bantal sofa dengan hati-hati, menggulung mereka seperti “hot dog” dalam selimut, atau memberi mereka rompi atau selimut yang diberi pemberat.
7.
Cari Jalan Keluar Positif Untuk
Perilaku Tidak Biasa
Sementara memanjat di pusat hiburan mungkin adalah perilaku “buruk”, memanjat di tempat olahraga bisa menjadi cara yang bagus untuk membangun otot dan persahabatan, pada saat yang sama. Sementara berputar-putar di toko kelontong mungkin aneh, adalah hal wajar untuk berputar di ayunan ban. Yang menjadi masalah di satu tempat, mungkin menjadi manfaat jika dilakukan di tempat lain!
Sementara memanjat di pusat hiburan mungkin adalah perilaku “buruk”, memanjat di tempat olahraga bisa menjadi cara yang bagus untuk membangun otot dan persahabatan, pada saat yang sama. Sementara berputar-putar di toko kelontong mungkin aneh, adalah hal wajar untuk berputar di ayunan ban. Yang menjadi masalah di satu tempat, mungkin menjadi manfaat jika dilakukan di tempat lain!
8.
Nikmati Keberhasilan Anak Anda
Anda, sebagai orang tua, adalah yang seharusnya memberi semangat atas keberhasilan pertama anak Anda. Anda senang ketika ia mengatakan “ya” untuk sebuah ajakan bermain, melengkapi kalimat, atau menendang bola bolak balik beberapa kali. Dia mungkin tidak akan menjadi kapten tim sepak bola, tetapi dia berhasil menjadi dirinya sendiri.
Anda, sebagai orang tua, adalah yang seharusnya memberi semangat atas keberhasilan pertama anak Anda. Anda senang ketika ia mengatakan “ya” untuk sebuah ajakan bermain, melengkapi kalimat, atau menendang bola bolak balik beberapa kali. Dia mungkin tidak akan menjadi kapten tim sepak bola, tetapi dia berhasil menjadi dirinya sendiri.
9.
Kurangi Kekhawatiran Terhadap
Opini Orang Lain
Anak Anda benar-benar melakukan pekerjaan dengan baik di toko kelontong. Dia mungkin mengepakkan tangannya sedikit, tapi itu bukan masalah besar. Sampai Anda menangkap mata seorang ibu, dari gadis kecil yang sempurna, menatap anak Anda. Tiba-tiba kepakan anak Anda tampak seperti masalah yang sangat besar, dan Anda menemukan diri membentak anak Anda, “..letakkan tangan ke bawah…!”. Ini tidak mudah, tetapi penting untuk diingat bahwa dia autis, dia tidak dengan sengaja mempermalukan Anda!
Anak Anda benar-benar melakukan pekerjaan dengan baik di toko kelontong. Dia mungkin mengepakkan tangannya sedikit, tapi itu bukan masalah besar. Sampai Anda menangkap mata seorang ibu, dari gadis kecil yang sempurna, menatap anak Anda. Tiba-tiba kepakan anak Anda tampak seperti masalah yang sangat besar, dan Anda menemukan diri membentak anak Anda, “..letakkan tangan ke bawah…!”. Ini tidak mudah, tetapi penting untuk diingat bahwa dia autis, dia tidak dengan sengaja mempermalukan Anda!
10.
Temukan Cara Bergembira Bersama
Tidaklah mudah untuk menyatukan autisme dan kegembiraan. Tetapi jika Anda berpikir, ketika sedang menangani anak autis; menggulung anak Anda hingga seperti “hot dog”, memantul di trampolin atau bahkan duduk dan berpelukan bersama-sama dapat menjadi sangat menyenangkan. Daripada mengkhawatirkan tentang hasil terapis dari setiap tindakan, cobalah saja menikmati kekonyolan, gelitikkan, pelukan … dan anak Anda sendiri. Setidaknya untuk sementara waktu!
Tidaklah mudah untuk menyatukan autisme dan kegembiraan. Tetapi jika Anda berpikir, ketika sedang menangani anak autis; menggulung anak Anda hingga seperti “hot dog”, memantul di trampolin atau bahkan duduk dan berpelukan bersama-sama dapat menjadi sangat menyenangkan. Daripada mengkhawatirkan tentang hasil terapis dari setiap tindakan, cobalah saja menikmati kekonyolan, gelitikkan, pelukan … dan anak Anda sendiri. Setidaknya untuk sementara waktu!
Komentar