Free Luck in 2018
Pernah ketemu gak jenis orang suka ngebacot, banyak omong tapi giliran disuruh ngomong dengan baik dan benar malah gagap gajelas.
Nah gue salah satunya orangnya
Dari SD sampe lulus SMA gue sama cuman 1 kali aja gabung yang namanya eskul, Pramuka. itupun pas awal masuk SMP karna diwajibin dan gasampe 1 bulan udah males. Dan gabung lagi pas kelas 3 SMA, karena cuma pengen ikut kemahnya, ada alasan buat sering bolos mapel, sekaligus seru2an aja sama temen2.
Intinya gue gak ada pengalaman sama sekali dalam dunia Organisasi Siswa, jadi panitia dan semacamnya. Gak ²betah pokoknya kalau lama lama disekolah. Dari dulu hobby nya maen motor, warnet atau nongkrong, udah.
Ternyata kampus bodoamat, tegas 3x tidak hadir maka tidak boleh mengikuti UTS dan UAS. Kelar bosku.
Jujur ya, sebelumnya gue gak pernah denger yang namanya UKI (universitas kristen indonesia). meskipun Abang gue sendiri baru aja lulus dari sana pas tahun 2015. Fakultas, Prodi sampe ke Penjurusan semua di pilihin, dan gue ngikut2 aja, lagian gue juga penasaran karna baru tau ada yg namanya Prodi Ilmu Komunikasi, sepertinya asik.
Dan benar aja, gue menemukan passion yang cocok disitu. Kalaupun waktu bisa dimundurin gue gak akan mengubah apa pun dan gak akan menyesal karna mengulang lagi hal yang sama untuk menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi Angkatan 2016, Fisipol UKI, Jakarta.
Hampir 2 tahun sudah gue disini dengan berbagai hal baru yang gue dapatkan. Waktu berlalu terserasa begitu cepat dan begitu juga dengan banyaknya teman yang sudah akrab sama gue, karna gue perantau yg dari awalnya gak kenal siapa siapa, gak ada temen gak ada keluarga.
Salah satunya pengalaman dan pelajaran tentang kepemimpinan.
Tahun ini adalah giliran Angkatan gue yaitu 2016 untuk menjadi Panitia Penyelenggara Acara Malam Keakraban, yg biasa disebut MAKRAB FISIPOL UKI.
Tapi yaudahlah, seiring waktu berjalan akhirnya gue justru merasa sebaliknya, bagi gue ini kesempatan atau tantangan besar untuk mendapatkan banyak hal yang besar juga.
Ya meskipun notabenenya gue gak berpengalaman sama sekali, manajemen hidup aja masih berantakan, apalagi mimpin orang banyak.
Gak terpungkiri setiap Panitia Penyelenggara pasti akan memiliki tantangannya tersendiri dan selalu ada cerita panjang dibalik hebohnya kebahagiaan di malam keakraban. Pertengkaran, persahabatan, perselisihan, tumpah tangis haru suka dan duka, pengorbangan, canda tawa dan mungkin masih banyak lagi hal lainnya yang akan menjadi warna warni sebuah canvas bercoretkan tinta kenangan indah dalam bingkai kebersamaan.
Sekali lagi gue merasa sangat beruntung karna berkesempatan untuk dapat menyaksikan perjalanan panjang ini lewat kacamata seorang pemimpin.
Pada suatu waktu, dalam sebuah rapat seperti biasanya gue selalu menyerahkan segala hal untuk didiskusikan bersama, sehingga keputusan yang diambil berdasarkan hasil kesepakatan yang sudah dirundingkan dan juga diharapkan dapat memuaskan banyak pihak. Tapi Gimana Kalau Misalnya Perundingan Tersebut Gak Menemukan Kata SEPAKAT Karna Perbedaan Pendapat?
. . .
"Setiap kelompok ataupun orang pasti berbeda. Sebagai pemimpin kamu harus tau apa yang mereka butuhkan."
-
Mike Krzyzewski
Dari situ gue mulai sadar, bahwa tidak selamanya kita sebagai seorang pemimpin cukup hanya dengan bermain aman, terlebih karna takut tidak bisa memuaskan banyak pihak. Setiap manusia itu berbeda, termasuk juga dengan pemikirannya. Realita sederhana yang perlu diketahui seorang pemimpin adalah fakta, bahwa :
Meskipun keputusan yang kita ambil kadang tidak bisa memuaskan banyak orang karena perbedaan kepentingan, disitulah kualitas sebagai seorang pemimpin diuji untuk meyakinkan dan menginspirasi orang orang bahwa keputusan yang kamu diambil adalah pilihan terbaik untuk kepentingan bersama.
______________________________________
Udahan Dulu Ah Cape
. . .
"Para pemimpin hebat biasanya merupakan penyederhana hebat mampu mematahkan argumen, debat & keraguan, untuk menawarkan solusi yang dapat dipahami oleh semua orang."
-
Jenderal Colin Powell
Komentar